Halaman

Minggu, 15 November 2015

Mungkin aku imbisil
Mungkin aku terlalu bodoh
Terlalu bodoh untuk merasakan semuanya
Polos dan kaku dengan prinsip yang ada

Semua bilang, utarakanlah
Tapi aku tak bisa
Agaknya aku masih termakan dogma lama
Dimana wanita tak seharusnya mengutarakan

Prinsipku mulai goyah
Goyah karena air mata yang menetes sepanjang malam
Ingin ku hilangkan dogma yang masih tertanam
Namun sepertinya itu tertanam terlalu dalam

Senin, 05 Oktober 2015

Sabtu, 03 Oktober 2015

Surat Terbuka

Kepada Yth. Kamu
di tempat. Gak tau dimana.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua.

Pertama-tama, bolehkah saya bilang, bahwa ini adalah surat terbuka saya yang pertama? Baiklah.
Kedua, ini untuk kamu. Baik kamu merasa atau tidak.
Ketiga, tidak usah dimasukkan hati. Walaupun memang tidak dimasukkan hati.

Sebenarnya, sudah lama (re : beberapa bulan kebelakang ini) saya merasakan sesuatu. Entah ada apa, saya pun tak tahu. Rasa ini menurut saya normal. Menurut saya pun rasa ini (semoga saja) tidak berlebihan.
Saya tahu, yang namanya false hope itu tidak ada. Harapan tidak ada yang benar ataupun salah. Saya tahu, kejadian ini hanya karena saya yang gede rasa.
Sudah seharusnya saya menjaga jarak dari awal, sudah seharusnya saya tahu akibat dari perbuatan saya ini.
Saya tahu, kamu orang yang baik. Bahkan hingga saya takut kalau kamu tidak hanya baik kepada saya, tetapi juga kepada orang lain.
Saya tahu, saya bukan orang yang spesial. Saya bukan orang yang menarik, dari segi fisik maupun mental. Saya tahu, kamu orang yang jauh lebih baik daripada saya. Saya berterimakasih sekali, seringkali kamu mengubah cara pandang saya terhadap hidup, walaupun sederhana. Cukup dengan kata-kata dan senyuman yang selalu terpancar.
Namun ternyata pancaran itu bukan untuk saya. Ternyata kamu memilih untuk memancarkannya kepada yang lain, yang mungkin jauh lebih membutuhkan dari pada saya. Tidak apa-apa, saya ikhlas. Mungkin dengan mengikhlaskan saya bisa melanjutkan hidup saya, hidup yang kini telah kamu ubah sebagian besar pandangannya. Hidup yang penuh dengan memori yang menurutku penting, namun mungkin menurutmu tidak penting sama sekali.
Saya tahu ini berlebihan. Saya tidak peduli. Entah kepada siapa lagi saya harus mencurahkan semua ini. Jadi, terima kasih untuk membaca surat terbuka ini. Saya tidak berharap apapun lagi darimu. Sekali lagi, terima kasih sudah mengisi hari-hari saya yang tidak penting.

Senin, 14 September 2015

Sometimes.

Sometimes, being a girl sucks.
Sometimes, being a girl makes me feel lucky.
But most of the time, it sucks.
I only get to wait.
.
.
.
.
.
.
.
And now I'm still waiting.
Probably until I'm no longer exist.